Sabtu, 12 Januari 2013

cerita Arjuna

Arjuna dengan gelar Mintaraga bertapa di Gunung Indrakila ditemani oleh empat Panakawan yaitu Semar. Gareng, Petruk dan Bagong (karya: herjaka HS)
Dalam cerita Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa, Arjuna kawin dengan tujuh bidadari setelah berhasil membunuh Niwatakawaca raja Himantaka (Arjunawiwaha: XXXV. 1-15). Nama bidadari itu Supraba, Palupy, Tilottama, Menaka. Ternyata disebut tujuh bidadari, tetapi hanya dikemukakan empat nama saja. Dalam Serat Mintaraga karya Sunan Paku Buwana III, bidadari yang disebut yaitu Gagarmayang, Supraba, Tilotama, Warsiki dan Warsini. Dua cerita berjudul Mintaraga (Mayer, 1924: 124) hanya disebut lima bidadari, yaitu Supraba, Wilotama, Warsiki, Surendra dan Gagarmayang.

Cerita perkawinan Arjuna dengan Srikandhi dimuat dalam buku Srikandhi Maguru Manah karangan Raden Ngabehi Sindusastra (VBG XXXIII No. 167, 1874), dan dalam bentuk cerita lakon berjudul Srikandhi Maguru Manah (Pakem Ringgit Purwa, SP 192 Ra: 62).
Arjuna juga memperisteri Dresanala dan beranak Wisanggeni (Mangkunagara VII Jilid XXVIII, 1932: 3) Arjuna dengan nama Pamade memperisteri Kencanawati dan Kencanawulan anak Prabu Sokadrema raja Sokarumembe, dalam cerita berjudul Lampahan Lobaningrat (Mayer, 1924: 249)
Dari beberapa cerita diperoleh nama-nama anak Arjuna, tetapi tidak disebut nama ibu tokoh itu atau nama isteri Arjuna yang melahirkannya. Anak Arjuna yang sering disebut-sebut yaitu:
1. Bambang Nilasuwarna dan Endhang Nilawati, cucu Bagawan Pramanasidi dari pertapaan Gebangtinatar.
2. Bambang Wijanarka, cucu Bagawan Partana dari Guwawarna.
3. Bambang Tejasuwarna, cucu Bagawan Jatisupadma dari Andongraras.
4. Bambang Manon Manonton, cucu Bagawan Sidiwacana dari pertapaan Andongpurnama
5. Bambang Setiwijaya dan Bambang Setiwigena, cucu Bagawan Jatimulya dari pertapaan Argatilasa (Padmosukotjo, 1954: 94).
Mangkunagara IVdalam kitab Candrarini menyebut nama isteri Arjuna, yaitu Dewi Manohara, anak Bagawan Manikhara dari Wukir Tirtakawama (Mangkunagara IV, 1953: 58)
Jumlah istri Arjuna boleh dikata banyak, maka tokoh Arjuna mendapat sebutan Lelananing Jagad. Cerita itu dimuat dalam cerita berjudul Arjuna Sendhang (Mangkunagara VII Jilid XX, 1932:17) dan Arjuna Terus (Mangkunagara VII Jilid XXVII, 1932:20).
Tempat tinggal Arjuna bernama Madukara, sedangkan tamannya terkenal dengan taman Maduganda. Pada umumnya masyarakat memberi konotasi terhadap Arjuna sebagai kesatria yang ideal, terpuji, tangguh, berani berperang serta selalu menang dalam peperangan. Arjuna dikenal sebagai kesatria sakti yang kesaktiannya diperoleh karena tapanya dan didukung panah Pasupati anugerah dewa Siwah (Mintaraga, 1884: VII. 16: Arjunawiwaha : XII.1). Selain itu didukung pula oleh keris saktinya yang bernama Kalanadhah dan Pulanggeni, konon berasal dari taring Bathara Kala yang dicipta menjadi keris oleh Batara Guru. Selain Pasupati, panah Arjuna yang sakti bernama Ardhadhadhali, Sarotama dan Aryasengkali (Padmosukotjo, 1954: 91).
Dalam perang Bharatayudha Arjuna membunuh Baghadhata (Bharatayudha: XIII.16)’ Jayadrata (Bharatayudha: XVI.6), Karna (Bharatayudha: XXXI.24). Arjuna bersama Srikandhi membunuh Bhisma dengan panah saktinya (Bharatayudha: XII.4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar