MENARA BABEL
Kisah Menara Babel melambangkan keangkuhan, kesombongan manusia, disebut-sebut dalam Kitab Kejadian, Kitab Suci Perjanjian Lama. Pembangunan menara ini diprakarsai oleh Nimrod, anak cucu Nabi Nuh di zaman Babilon kuno, jauh tahun sebelum zaman Nebuchadnezzar. Orang tua Nimrod adalah Cush, putra Ham.
Bahkan, demikian menurut cerita, Kota Babilon dan Niniwe juga
mula pertama dibangun oleh Nimrod. "Marilah kita dirikan bagi kita
sebuah kota, dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit.
Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi," demikian antara lain bunyi ajakan Nimrod kepada orang-orangnya, seperti yang ditulis dalam Kitab Penciptaan.
Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel dan The Confusion of Languages berusaha
mencari jawaban mengapa mereka membangun menara seperti itu. Untuk apa
menara itu dibangun? Mencari kepuasan diri dan kemegahan diri. Itulah
jawaban singkat Lambert Dolphin.
Pembangunan sebuah kota,
seperti yang dilakukan Nimrod ketika itu, melambangkan dambaan manusia
untuk terus berkumpul. Mereka, ketika itu, takut tercerai-berai dan
hidup di tempat yang belum mereka kenal berhadapan dengan bahaya. Karena
itu, didirikanlah sebuah kota-Babilon dan Ninive-sebagai pusat
kegiatan, sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Akan
tetapi, ketika mereka membangun menara dengan mengatakan, "Marilah kita
cari nama, marilah memegahkan diri", di saat itulah kemanusiaan manusia
berkuasa. Menara dibangun untuk kebutuhan badan, jiwa, dan semangat.
Bahkan, mereka ingin membangun menara yang mencapai langit. Kalau perlu
dapat memanah Matahari dari puncak menara. Pendek kata, menara dibangun untuk pemuasan diri.
Inilah,
yang menurut kisah, yang menjadi penyebab turunnya hukuman dari Tuhan
sehingga mereka tercerai-berai dan tidak bisa memahami bahasa mereka
satu sama lain.
Sindrom Menara Babel itu pula, yang menurut para sejarawan, merasuki Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel di kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah, yang sekarang sisa-sisanya masih bisa dilihat, dan memerintah dengan tangan besi.
Babilon di zaman Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605 SM-562 SM, mencapai masa keemasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar