DALAM perjalanan rombongan Heritage Trip
Jakarta-Bandung yang diadakan PT Kereta Api (Persero) – PT KA (Persero)
– tak hanya bangunan di Kota Bandung bisa dinikmati. Di sepanjang
perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, pemandangan bangunan tua sudah
bisa disaksikan, seperti Stasiun Transmisi Cikampek, Stasiun Lemahabang,
Cikampek, dan Karawang, yang dibangun sejak tahun 1894.
“Yang saya pernah tahu dari pelajaran
sejarah, di Lemahabang, Karawang, dan Cikampek jadi lokasi perlindungan
setelah tempat-tempat itu direbut oleh pejuang Indonesia dari Belanda.
Jalur ini juga penting pada zaman itu sampai sekarang karena untuk jalur
angkutan logistik pangan dan perang. Sekarang pun jadi jalur untuk
angkutan batubara ke sejumlah industri di Karawang, Bekasi, dan
Cikampek,” kata Shirley, salah satu pehobi cagar budaya, yang ikut dalam
perjalanan tersebut.
Rute Jakarta-Bandung dengan jalur kereta
api sepanjang 151 km, ditempuh selama tiga jam. Rugi jika di sepanjang
perjalanan itu Anda melewatkan pemandangan. Sebut saja pemandangan alam
yang indah ketika sudah memasuki wilayah Cikampek, Karawang, dan
Bandung, hamparan sawah nan hijau betul-betul menyegarkan mata.
Selama perjalanan rute ini, coba
sekali-sekali perhatikan setidaknya tiga jembatan baja yaitu di Ciganea,
Cisomang, dan Cikubang. Boleh jadi penumpang kereta api takjub lantaran
jembatan-jambatan dengan empat pilar utama terbuat dari baja ini masih
kokoh berdiri padahal ini adalah sisa karya ahli Belanda yang membangun
jalur tersebut pada abad 19, tahun 1869. Hanya bagian-bagian kecil di
jembatan itu yang masih perlu perbaikan, seperti parsial atau penghubung
antara rangka baja utama.
Jalur kereta dengan menggunakan jembatan
ini dibangun oleh perusahaan kereta terkenal milik Pemerintah Belanda
bernama Staatspoorweg Maatschappij (SS) – Jawatan Kereta Api di masa
Hindia Belanda. Sebenarnya seluruh jembatan yang dibangun oleh SS di
sepanjang jalur Jakarta-Bandung, lintas Cikampek dan Sukabumi, mencapai
400 unit. Namun, yang paling menakjubkan hanya ada tiga. Pasalnya,
jembatan ini dibangun di atas jurang menganga dengan ketinggian 72 m dan
masing-masing panjangnya mencapai 300 m.
Jalur kereta di atas jurang ini adalah
bagian yang menakjubkan karena dari dalam kereta, tubuh kita terasa
seperti melayang. “Ya, itu karena sepanjang jalur kereta ini di sisinya
tidak dipasangi pagar. Jadi, dari jendela kereta bisa langsung melihat
kondisi jurang yang sebenarnya. Indah, karena ada hamparan sawah dan
sungai,” ujar Kepala Pusat Pelestarian Benda dan Aset Bersejarah PT KA,
Ella Ubaidi. Perlu diingat, untuk merasakan kenikmatan bagai melayang
ketika kereta api melintas jembatan di atas jurang, cukup dari dalam
kereta saja. Jangan coba-coba untuk melihat dengan membuka pintu di
gerbong, karena terpaan angin kencang di ketinggian lumayan membuat
tubuh bergetar. Apalagi jika penumpang punya masalah pada ketinggian
sehingga limbung dan bisa jadi malah jatuh. Jadi nikmati saja
pemandangan yang ada dari dalam kereta api.
Terowongan Sasaksaat
Jalur kereta api Jakarta-Bandung, lintas Cikampek dan Karawang, ini punya satu titik lokasi yang jadi banyak perbincangan. Lokasi ini disebut-sebut menyimpan kisah mistis dan misteri. Ada berbagai versi kisah tentang lokasi tersebut.
Jalur kereta api Jakarta-Bandung, lintas Cikampek dan Karawang, ini punya satu titik lokasi yang jadi banyak perbincangan. Lokasi ini disebut-sebut menyimpan kisah mistis dan misteri. Ada berbagai versi kisah tentang lokasi tersebut.
Nama tempat ini adalah Terowongan
Sasaksaat, berada di antara Purwakarta dan Padalarang. Terowongan yang
pernah disebut goa oleh penduduk Kampung Cipicung, Desa Sumurbandung,
Kabupaten Bandung, ini memunculkan nuansa mistis karena setiap tanggal
17 Agustus selalu diberi sesajen berupa seekor domba. Menurut keyakinan
penduduk, tumbal sesajen itu untuk menolak bala.
Apa latarbelakangnya? Dari kisah dan
cerita yang beredar, terowongan sepanjang 950 m dengan dinding tebal
mirip benteng perang itu sudah memakan banyak korban. Tapi bukan karena
kecelakaan kereta, melainkan pekerja yang membangun terowongan itu
antara tahun 1902-1903. Banyak pekerja yang tewas lantaran tidak tahan
siksaan kerja rodi dan banyak pula yang sakit. Konon, jenazah mereka
dikuburkan di sekitar terowongan tersebut.
“Saya pernah mendengar cerita dari warga
sekitar terowongan itu, pernah sesekali terdengar seperti orang merintih
kesakitan atau suara seperti benturan pacul ke batu dan tanah. Suara
itu kabarnya bukan hanya terjadi pada malam hari, tetapi juga siang
hari. Mungkin itu yang dinilai sebagai hal mistis dan misteri. Tapi,
masih banyak cerita lain, dulu ada kereta yang mogok dan ada kereta
Belanda berisi tentara yang diserang pejuang Indonesia, semuanya mati.
Ceritanya, pejuang Indonesia menjebak tentara Belanda di dalam
terowongan lantaran tembok beton terowongan itu tidak bisa dihancurkan
oleh bom,” ungkap Taufik, peserta perjalanan yang kelahiran Bandung.
Namun, dibalik semua kengerian akan
cerita mistis dan misteri yang ada, terowongan ini tetap merupakan
bagian sejarah yang patut dipelihara untuk generasi penerus. Meski
mistis, terowongan ini dibangun dengan ketelitian yang tinggi, karena
tingkat kesulitan tanah perbukitan di daerah tersebut. Paling tidak ada
hitungan kemiringan dan kelokan 16-25 derajat, juga ada sedikit
menanjak, sehingga terowongan beton ini bisa dibangun sesuai bentuk
bukit-bukit di daerah itu. Jadi, jangan melihat mistisnya saja, tetapi
perhatikan juga bahwa di masa lebih dari 100 tahun lalu, Belanda sudah
membangun dengan cara canggih.KOMPAS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar